1. Dimensi Pengetahuan (Knowledge)
Setiap orang memiliki wawsan tentang
pengetahuan sosial yang berbeda-beda. Secara konseptual, pengetahuan (knowledge)
hendaknya mencakup: (1) Fakta; (2) Konsep; dan (3) generalisasi yang dipahami
oleh siswa.
Fakta adalah data yang spesifik
tentang peristiwa, objek, orang dan hal-hal yang terjadi (peristiwa). Dalam
pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta khususnya
yang terkait dengan kehidupan.
Pada dasarnya fakta yang disajikan
untuk para siswa hendaknya disesuaikan dengan usia dan tingkat kemampuan
berfikirnya. Secara umum, fakta untuk siswa SD hendaknya berupa peristiwa,
objek, dan hal-hal yang bersifat konkret. Oleh karena itu guru perlu
mengupayakan agar fakta disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas
masing-masing.
Konsep merupakan kata-kata atau
frase yang mengelompok, berkatagori, dan memberi arti terhadap kelompok fakta
yang berkaitan. Konsep merujuk pada suatu hal atau unsur kolektif yang diberi
label.
Konsep dasar yang relevan untuk
pembelajaran IPS diambil terutama dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Banyaknya
konsep yang terkait dengan lebih dari satu disiplin, isu-isu sosial, dan
tema-tema yang berasal dari banyak dimensi ilmu sosial. Konsep-konsep tersebut
tergantung pula pada jenjang dan kelas sekolah.
Konsep yang dibentuk secara
multidisiplin berasal dari konsep disiplin tradisional dan menjadi pemerkaya
bagi kajian IPS. Konsep-konsep ini muncul karena adanya keperdulian dan
persepsi sosial serta munculnya permasalahan social yang semakin kompleks. Hal
ini telah dipandang sebagai cara alternatif dalam mengorganisasikan
konsep-konsep IPS.
Generalisasi merupakan suatu
pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling terkait. Generalisasi
memiliki tingkat kompleksitas isi, disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa.
Pengembangan konsep dan generalisasi
adalah proses mengorganisir dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup
bermasyarakat. Merumuskan generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan
pembelajaran IPS yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru. Hubungan
antara generalisasi dan fakta bersfat dinamis. Memperkenalkan informasi baru
yang dapat mendorong siswa untuk merumuskan generalisasi merupakan cara yang
baik untuk menkondisikan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dengan informasi
baru, pada siswa dapat mengubah dan memperbaiki generalisasi yang telah
dirumuskan terlebih dahulu.
2. Dimensi Keterampilan
(Skills)
Kecakapan mengolah dan menerapkan
informasi merupakan keterampilan yang sangat penting untuk mempersiapkan siswa
menjadi warga Negara yang mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat
demokratis. Oleh karena itu, berikut uraian sejumlah keterampilan yang
diperlukan sehingga menjadi unsure dalam dimensi IPS dalam proses pembelajaran.
a. Keterampilan Meneliti
Keterampilan ini diperlukan untuk
mengumpulkan dan mengolah data. Secara umum penelitian mencapkup sejumlah
aktivitas sebagai berikut:
- Mengidentifikasi dan mengungkapkan masalah atau isu
- Mengumpulkan dan mengolah data
- Menafsirkan data
- Menganalisis data
- Menilai bukti-buki yang ditemukan
- Memyimpulkan
- Menerapkan hasil temuan dan konteks yang berbeda
- Membuat pertimbangan nilai
b. Keterampilan Berpikir
Sejumlah keterampilan berpikir
banyak berkontribusi terhadap pemecahan masalah dan partisipasi dalam kehidupan
masyarakat secara efektif. Untuk mengembangkan keterampilan berfikir pada diri
siswa, perlu ada pengusaan terhadap bagian-bagian yang lebih khusus dari
keterampilan berfikir tersebut serta melatihnya di kelas. Beberapa keterampilan
berfikir yang perlu dikembangkan oleh guru di kelas untuk para siswa meliputi:
- Mengkaji dan menilai data secara kritis
- Merencanakan
- Merumuskan faktor sebab dan akibat
- Memprediksi hasil dari sesuatu kegiatan atau peristiwa
- Menyarankan apa yang akan ditembulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan
- Curah pendapat (brainstorming)
- Berspekulasi tentang masa depan
- Menyarankan berbagai solusi alternatif
- Mengajukan pendapat dan perspektif yang berbeda
c. Keterampilan
Partisipasi Sosial
Dalam belajar IPS, siswa perlu
dibelajarkan bagaiman berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain. Keahlian
bekerja dalam kelompok sangat penting karena dalam kehidupan bermasyarakat
begitu banyak orang menggantungkan hidup melalui kelompok. Beberapa
keterampilan partisipasi sosial yang perlu dibelajarkan oleh guru meliputi:
- Mengidentifikasi akibat dari perbuatan dan pengaruh ucapan terhadap orang lain
- Menunjukkan rasa hormat dan perhatian kepada orang lain
- Berbuat efektif sebagai anggota kelompok
- Mengambil berbagai peran kelompok
- Menerima kritik dan saran
- Menyesuaikan kemampuan dengan tugas yang harus diselesaikan
d. Keterampilan
Berkomunikasi
Pengembangan keterampilan
berkomunikasi merupakan aspek yang penting dari pendekatan pembelajaran IPS
khususnya dalam inkuiri sosial. Setiap siswa perlu diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pemahaman dan perasaannya secara jelas, efektif, dan kreatif.
Walaupun bahasa tulis dan lisan telah menjadi alat berkomunikasi yang paling
biasa, guru hendaknya selalu mendorong para siswa untuk mengungkapkan
gagasannya dalam bentuk lain, seperti dalam film, drama, seni (suara, tari,
lukis), pertunjukkan, foto, bahkan dalam bentuk peta. Para siswa hendaknya
dimotivasi agar menjadi pembicara dan pendengar yang baik.
3. Dimensi Nilai dan
Sikap (Value and Attitude)
Pada hakekatnya, nilai merupakan
sesuatu yang berharga. Nilai yang dimaksud disini adalah seperangkat keyakinan
atau prinsip perilaku yang telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok
masyarakat tertentu yang ketika berpikir atau bertindak. Umumnya, nilai
dipelajari sebagai hasil dari pergaulan atau komunikasi antarindividu dalam
kelompok seperti keluarga, himpunan keagamaan, kelompok masyarakat atau
persatuan dari orang-orang yang satu tujuan.
Heterogenitas nilai yang ada di
masyarakat tentu menimbulkan masalah tersendiri bagi guru dalam pembelajaran
IPS di kelas. Di suatu pihak, nilai dapat masuk ke dalam masyarakat dan tidak
mungkin steril dari isu-isu yang menerpa dan terhindar dalam masyarakat
demokratis. Di pihak lain, tidak dipungkiri bahwa nilai tertentu muncul dengan
kekuatan yang sama dalam masyarakat dan menjadi pembelajaran yang baik serta
menjadi perlindungan dari berbagai penyimpangan dan pengaruh luar. Agar ada kejelasan
dalam mengkaji nilai di masyarakat, maka nilai dapat dibedakan atas nilai
sustantif dan nilai prosedural.
a. Nilai Substantif
Nilai substantif adalah keyakinan
yang telah dipegang oleh seseorang dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar
menanamkan atau menyampaikan informasi semata. Setiap orang memiliki keyakinan
atau pendapat yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinannya tentang sesuatu hal.
Dalam mempelajari nilai substantif,
para siswa perlu memahami proses-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan
untuk memecahkan konflik dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain, siswa
perlu mengetahui ada keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu
mengetahui isi nilai dan implikasi dari nilai-nilai tersebut.
Manfaat lain dari belajar nilai
substantif adalah siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu.
Guru harus menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai
dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu, guru perlu menyadari
pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
Program pembelajaran IPS hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan, merefleksi, dan
mengartikulasikan nilai-nilai yang dianutnya. Proses ini tergantung pada
nilai-nilai prosedural di kelas. Siswa hendaknya memiliki hak mengambil posisi
nilai mana yang akan dianut tanpa paksaan atau menangguhkan keputusan dan tetap
tidak mengambil keputusan. Dengan kata lain, siswa hendaknya didorong untuk
bersiap diri membenarkan posisinya, mendengarkan kritikan yang ditujukan
terhadap dirinya dan atau mengubah keputusannya bila ada pertimbangan lain.
b. Nilai Prosedural
Nilai-nilai prosedural yang perlu
dilatih atau dibelajarkan antara lain nilai kemerdekaan, toleransi, kejujuran,
menghormati kebenaran dan menghargai orang lain. Nilai-nilai kunci ini
merupakan nilai yang menyokong masyarakat demokratis, seperti: toleran terhadap
pendapat yang berbeda, menghargai bukti yang ada, kerja sama, dan menghormati
pribadi orang lain. Apabila kelas IPS dimaksudkan untuk mengembangkan
partisipasi siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan
berlatih menerapkan nila-nilai tersebut.
Pembelajaran yang mengaitkann
pendidikan nilai ini secara eksplisit atau implisit hendaknya telah ada dalam
langkah-langkah atau proses pembelajaran dan tidaklah menjadi bagian dari
konten tersendiri. Dengan kata lain, nilai-nilai ini tidak perlu dibelajarkan
secara terpisah. Selain itu, masyarakat demokratis yang ideal harus mampu
mengungkapkan nilai-nilai pokok dalam proses pembelajaran bukan hanya retorika
semata bahkan harus menghormati harkat dan martabat manusia, berkomitmen
terhadap keadilan sosial, dan memperlakukan manusia sama kedudukannya di depan
hukum.
4. Dimensi Tindakan (Action)
Tindakan sosial merupakan dimensi
PIPS yang penting karena tindakan dapat memungkinkan siswa menjadi peserta
didik yang aktif. Mereka pula dapat belajar secara konkret dan praktis. Dengan
belajar dari apa yang diketahui dan terpikirkan tentang isu-isu sosial untuk
dipecahkan sehingga jelas apa yang akan dilakukan dan bagaimana caranya, para
siswa belajar menjadi warga Negara yang efektif di masyarakat.
Dimensi tindakan sosial dapat
dibelajarkan pada semua jenjang dan semua tingkatan kelas kurikulum IPS.
Dimensi tindakan social untuk pembelajaran IPS meliputi tiga model aktivitas
sebagai berikut.
- Percontohan kegiatan dalam memecahkan masalah di kelas seperti cara berorganisasi dan bekerja sama.
- Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan.
- Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada saat siswa diajak untuk melakukan inkuiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar